Sabtu, 21 Juli 2018

1. PRINSIP KLIRING
Kliring (dari Bahasa Inggris “clearing”) sebagai suatu istilah dalam dunia perbankan dan keuangan menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Kliring sangat dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia perdagangan jauh lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan guna melengkapi pelaksanaan asset transaksi. Klorong melibatkan manajemen dari paska perdagangan pra penyelesaian, ekposur kredit guan memastikan bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar walaupun pembeli maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya. Proses kliring adalah termasuk pelaporan pemantauan marjin risiko netting transaksi dagang menjadi posisi tunggal, penanganan, perpajakan dan penanganan kegagalan.

Di Amerika, kliring antar bank dilaksanakan melalui Automated Clearing House (ACH), dimana aturan dan regulasinya diatur oleh NACHA-The Electronic Payments Association,yang dahulu dikenal dengan nama National Automated Clearing House Association, serta Federal Reserve. Jaringan ACH ini akan bertindak selaku pusat fasilitas kliring untuk semua transaksi transfer dana secara elektronik. Kliring antar bank atas cek dilaksanakan oleh bank koresponden dan Federal Reserve.

Sistem kliring yang dilaksanakan BI saat ini sudah dapat berlangsung secara nasional melalui Sistem Kliring Nasional BI (SKNBI). Maksudnya, proses kliring baik kliring debet maupun kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional. Selain itu ada tiga sistem kliring lain yang lazim dikenal, yakni Sistem manual, Sistem Semi Otomasi, dan Sistem Otomasi. Kliring manual adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta kliring. Perhitungan kliring didasarkan pada warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring.

Sedangkan sistem semi otomasi adalah kliring lokal yang perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi melalui alat bantu komputer. Namun pemilihan warkat tetap dilakukan secara manual oleh bank peserta kliring. Sementara sistem kliring lokal yang dalam perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan secara otomatis dengan bantuan komputer.

·         Mekanisme proses kliring elektronik
Mempersiapkan warkat dan dokumen kliring meliputi pemisahan warkat menurut jenis transaksinya (warkat debet atau warkat kredit), pembubuhan stempel kliring dan pencantuman informasi MICR code line baik pada warkat maupun pada dokumen kliring.

 Selanjutnya Bank pengirim merekam data warkat kliring ke dalam sistem TPK dengan menggunakan mesin reader encoder atau meng-input data warkat untuk menghasilkan DKE.

Mengelompokkan warkat dalam batch kemudian menyusunnya dalam bundel warkat yang terdiri dari: BPWD/BPWK; Lembar Substitusi; Kartu Batch Warkat Debet/Kredit ; Warkat Debet/Kredit.

Mengirimkan batch DKE secara elektronik melalui JKD ke SPKE di penyelenggara. Fisik warkat dari DKE selanjutnya dikirim ke penyelenggara untuk dipilah berdasarkan bank tertuju secara otomasi dengan menggunakan mesin baca pilah berteknologi image. Peserta dapat melihat status DKE di TPK masingmasing, apakah pengiriman tersebut sukses atau gagal. SPKE akan memproses DKE yang diterima secara otomatis setelah batas waktu transmit DKE berakhir.

Selanjutnya SPKE akan mem-broadcast informasi hasil kliring kepada seluruh TPK sehingga peserta dapat secara on-line melihat posisi hasil kliring melalui TPK.
Hasil perhitungan DKE tersebut (Bilyet Saldo Kliring) selanjutnya dibukukan ke rekening giro masing-masing bank di sistem Bank Indonesia.

2.     INFORMASI PADA CEK DAN STRUKTUR KODE MIRC
 Di dalam chek code ini terdapat berbagai informasi yyang berkaitan dengan transaksi nasabah. Mulai dari Paye, Draw e, Draw bank, Drawer Account, Chek number, Amoun, Currency , Payee Bank Number, Payee account, Dat, Autorized signature of makers.

Sistem kliring elektronik di Indonesia
Pengertian umum kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank baik atas nama Bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.  Penyelenggaraan kliring di Jakarta pada awalnya dilaksanakan secara manual. Namun dalam perkembangannya, sejalan dengan meningkatnya transaksi perekonomian nasional khususnya di Jakarta dimana pada akhir tahun 1989 volume warkat telah mencapai 82.052 lembar warkat perhari dengan jumlah bank peserta mencapai 613 bank. Hal ini menyebabkan penyelenggaraan kliring secara manual dirasakan tidak efektif dan efisien lagi dan suasana pertemuan kliring yang hiruk pikuk sering kali diibaratkan dengan suasana “pasar burung”.

Melihat kondisi tersebut, Direksi Bank Indonesia dengan SKBI No. 21/9/KEP/DIR tanggal 23 Mei 1988, kemudian menetapkan untuk mengubah sistem penyelenggaraan kliring lokal Jakarta dari sistem manual menjadi sistem otomasi kliring. Meskipun demikian baru pada tanggal 4 Juni 1990 sistem otomasi  dapat diimplementasikan untuk memproses kliring penyerahan. Sementara untuk proses kliring pengembalian tetap dilakukan secara manual, sampai kemudian pada tahun 1994 diganti dengan sistem semi otomasi yang kemudian dikenal dengan sebutan SOKL .

Pada tahun 1996 rata-rata volume warkat kliring Jakarta mencapai 216.911 lembar per hari, dengan pertumbuhahan rata-rata dalam tiga tahun sekitar 6%. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya tekanan dalam kegiatan proses warkat kliring baik di bank peserta maupun di Bank Indonesia karena keterbatasan kemampuan sarana kliring yang ada dibandingkan dengan peningkatan jumlah warkat kliring. Pada gilirannya hambatan-hambatan tersebut menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam settlement dan penyediaan informasi hasil kliring. Hal ini berpotensi mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap bank dan merugikan lembaga lain yang terkait serta menimbulkan efek negatif berantai (systemic risk)

Sehubungan dengan itu, sesuai acuan pokok pengembangan sistem pembayaran nasional (Blue Print Sistem Pembayaran Nasional Bank Indonesia;1995) yang antara lain memuat visi, kerangka kebijakan dan langkah-langkah yang perlu dikembangkan dalam menciptakan sistem pembayaran nasional yang lebih efektif, efisien, handal dan aman, maka pada tahun 1996 konsep penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik dengan teknologi image mulai dikembangkan oleh Urusan Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia. Pada tanggal 18 September 1998, Bank Indonesia mencatat sejarah baru dalam bidang sistem pembayaran dimana untuk pertama kalinya di Indonesia diresmikan penggunaan Sistem Kliring Elektronik (SKE) oleh Gubernur Bank Indonesia, DR. Syahril Sabirin. Penerapan SKE tersebut dilakukan pada Penyelenggaraan Klring Lokal Jakarta dimana pada awal implementasi, jumlah peserta yang ikut serta masih terbatas 7 bank peserta kliring (BRI, BDN, BII, BCA, Deutsche Bank, Standard Chartered, Citibank) dan 2 peserta intern dari Bank Indonesia (Bagian Akunting Thamrin dan Bagian Akunting Kota). Keikutsertaan kantor-kantor bank dalam Kliring Elektronik dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan teknis masing-masing peserta. Bagi kantorkantor bank yang belum menjadi anggota Kliring Elektronik, perhitungan kliring tetap menggunakan sistem kliring otomasi. Implementasi Kliring Elektronik secara menyeluruh kepada seluruh peserta kliring di Jakarta baru dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2001.

·         Warkat
Warkat merupakan alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan melalui kliring. Jenis warkat yang dapat diperhitungkan dalam kliring adalah :
1.    Cek;
2.    Bilyet Giro;
3.    Wesel Bank Untuk Transfer;
4.    Surat Bukti Penerimaan Transfer;
5.    Nota Debet; dan
6.    Nota Kredit.

·         Dokumen Kliring
Dokumen kliring merupakan dokumen kontrol dan berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring yang terdiri dari :
1.      Bukti Penyerahan Warkat Debet – Kliring Penyerahan (BPWD).
2.      Bukti Penyerahan Warkat Kredit – Kliring Penyerahan (BPWK).
3.      Kartu Batch Warkat Debet.
4.      Kartu Batch warkat Kredit.
5.      Lembar Subsitusi.

3. SISTEM KLIRING ELEKTRONIK DI INDONESIA
Setiap warkat dan dokumen kliring yang digunakan wajib memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan Bank Indonesia antara lain meliputi kualitas kertas, ukuran, dan rancang bangun. Setiap pembuatan dan pencetakan warkat dan dokumen kliring untuk pertama kali dan atau perubahannya oleh peserta wajib memperoleh persetujuan secara tertulis dari Bank Indonesia Dalam Kliring Elektronik, agar data pada warkat dan dokumen kliring dapat dibaca oleh mesin baca pilah yang ada di Penyelenggara maka warkat dan dokumen kliring tersebut wajib dicantumkan Magnetic Ink Character Recognition (MICR) code line. MICR adalah tinta magnetic khusus yang dicantumkan pada clear band yang merupakan informasi dalam bentuk angka dan symbol.

·         Penyelenggara Kliring
§   Siklus Kliring Nominal Besar, terdiri dari :
1.      Kliring Penyerahan Nominal Besar.
2.      Kliring Pengembalian Nominal Besar Kedua kegiatan kliring tersebut dilakukan pada hari yang sama.

§   Siklus Kliring Ritel, terdiri dari :
1.      Kliring Penyerahan Ritel.
2.      Kliring Pengembalian Ritel Kedua kegiatan kliring tersebut dilakukan pada tanggal yang berbeda yaitu kegiatan kliring pada huruf b dilakukan pada hari kerja berikutnya setelah kegiatan kliring pada huruf a dilaksanakan.

4.      BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS)
Untuk mendukung efektifitas implementasi kebijakan moneter dan untuk mempercepat pemulihan industri perbankan, kebijakan system pembayaran akan diarahkan untuk mempercepat pengembangan dan implementasi suatu system pembayaran yang efisien, akurat, aman, dan konsisten melalui peningkatan kualitas layanan. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah melalui implemnetasi Real Time Gross Settlement System (BI-RTGS) yang sudah dimulai sejak 17 November tahun 2000 di  Jakarta. Tujuan RTGS:

1.      Memberikan pelayanan sistem transfer dana antar peserta, antar nasabah peserta dan pihak lainnya secara cepat, aman, dan efisien.
2.      Memberikan kepastian pembayaran.
3.      Memperlancar aliran pembayaran (payment flows).
4.      Mengurangi resiko settlement baik bagi peserta maupun nasabah peserta (systemic risk).
5.      Meningkatkan efektifitas pengelolaan dana (management fund) bagi peserta melalui sentralisasi rekening giro.
6.      Memberikan informasi yang mendukung kebijakan moneter dan early warning system bagi pengawasan bank.
7.      Meningkatkan efisiensi pasar uang.

Minggu, 10 Juni 2018

ANALISIS KINERJA KEUANGAN UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN BANK ( TKS ) PADA PT BPR PRIMANADI, TAHUN 2008.* 

OLEH  : IDA BGS. EKA  ARTIKA *

Abstrak.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang bergerak di bidang keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha perbankan secara konvensioal atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR sebagai  lembaga keuangan merupakan lembaga kepercayaan, karena  merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary), antara pihak yang kelebihan dana yang mempercayakan pengelolaan dananya kepada BPR untuk menyalurkannya kepada pihak yang memerlukan dana berupa kredit. Sebagai lembaga kepercayaan  masyarakat,  BPR  harus meningkatkan kinerja keuangannya dari  waktu ke waktu, karena hanya dengan memiliki kinerja yang baik, maka lembaga perbankan khususnya BPR akan terus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, khususnya dalam menyimpan kelebihan dana yang dimiliki oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesehatan PT BPR Primanadi dengan menganalisis kinerja keuangannya berdasarkan metode CAEL.  Dengan metode penelitian deskriptif dan metode  pengumpulan data secara kasus, serta cara analisis dengan menghitung rasio-asio keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan bank tersebut, diperoleh hasil bahwa PT BPR Primanadi merupakan BPR yang masuk kategori sehat, dengan melihat indikator-indikator rasio keuangannya, seperti CAR yang sebesar 17,18 %;  rasio KAP  sebesar 0,76 %; rasio NPL sebesar 1,48 %; rasio BOPO sebesar 70,02 %; rasio ROA sebesar 4,57 %;  rasio kas (cash ratio) sebesar 3,55 % dan rasio LDR sebesar 77,95 %.. Dari rasio-rasio tersebut hanya rasio kas (cash ratio) yang berada pada kategori cukup sehat, sedangkan rasio-rasio yang lain telah melampaui persyaratan sebagai bank yang sehat. Dari hasil penilaian inerja keuangan tersebut, disarankan agar PT BPR Primanadi terus mempertahankan predikat bank yang sehat, dan ke depan agar berusaha meningkatkan rasio kasnya agar semua indicator kesehatan bank dapat terpenuhi sehingga PT BPR Primanadi menjadi lembaga keuangan mikro yang dapat dipercaya oleh masyarakat.

Kata Kunci : Bank Perkreditan Rakyat, Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, Indikator Tingkat Kesehatan Bank.

* Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Mataram.

PENDAHULUAN
            Dampak krisis keuangan yang melanda Indonesia, khususnya  daerah NTB pada tahun 2008 tidak menunjukkan adanya tekanan terhadap industri perbankan. Hal ini tercermin  dari indikator dana pihak ketiga yang  berhasil dihimpun pada posisi bulan Desember 2008 tercatat sebesar Rp. 5,17 trilliun. Di sisi kualitas kredit, indikator non performing loan (NPL) juga terus mengalami penurunan yang mengindikasikan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi di NTB relatif belum mempengaruhi kemampuan mengembalikan angsuran kredit (repayment capacity) debitur, khususnya debitur usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). ( Statistik Ekonomi Keuangan Daerah NTB, Edisi Januari 2009). Sebagai lembaga kepercayaan  masyarakat,  BPR  harus meningkatkan kinerja keuangannya dari  waktu ke waktu, karena hanya dengan memiliki kinerja yang baik, maka lembaga perbankan khususnya BPR akan terus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, khususnya dalam menyimpan kelebihan dana yang dimiliki oleh masyarakat. Untuk mengukur kinerja keuangan BPR,  alat ukur yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan, yang  meliputi rasio kecukupan modal, rasio likuiditas, rasio rentabilitas/ profitabilitas, rasio efisiensi, rasio kualitas aktiva produktif,  dan rasio solvabilitas. Dalam kaitannya untuk mengukur tingkat kesehatan BPR,  metode yang digunakan disebut dengan metode CAMEL, yaitu dengan menilai rasio permodalan (Capital), rasio kualitas aktiva produktif (Asset Quality),  Manajemen (Management), rasio rentabilitas (Earnings ability) dan rasio Likuiditas (Liquidity). PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Primanadi merupakan salah satu BPR yang terdapat di kota Mataram, yang menunjukkan perkembangan yang cukup pesat khususnya dalam 10 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2000, di mana sebelum tahun 2000 BPR Primanadi merupakan BPR yang terus merugi.  Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis bermaksud menjadikan PT BPR Primanadi sebagai obyek penelitian, untuk mengukur tingkat kesehatan BPR tersebut melalui kinerja keuangannya, khususnya pada tahun buku 2008. Sebagai gambaran kinerja PT BPR Primanadi pada tahun buku 2008, berikut akan ditampilkan neraca publikasi, per 31 Desember 2008 sebagai berikut :

Tabel 1:
Neraca  PT BPR Primanadi
Per 31 – 12 – 2008  ( Rp. 000)
No Keterangan Sandi  Jumlah (Rp. 000)
AKTIVA
1 Kas 100          46.657
2 Antar Bank Aktiva 1 120   14.060.406
3 Kredit yang diberikan 2) 130   46.424.567
4 Penyish Penghps Aktiva Produktif (PPAP) 3) 140      (493.030)
5 Aktiva tetap dan inventaris
a. Tanah dan gedung 161      179.066
b. Akumulasi penyust gedung 162        (57.236)
c. Inventaris 165    1.787.189
d. Akum penyust invetaris 166   (1.022.089)
6 Antarkantor aktiva 170    9.068.990
7 Rupa-rupa aktiva 4) 180    1.213.947
Total Aktiva 190  71.208.457
Passiva
1 Kewajiban  yg segera dpt dibayar 200       180.781
2 Tabungan  5) 210  12.802.240
3 Deposito Berjangka  6) 220  38.503.039
4 Antarbank Passiva    7) 240    2.281.913
5 Antarkantor Passiva 260    9.068.990
6 Rupa-rupa Passiva   8) 270    1.474.245.
7 Modal
a. Modal Dasar 281    5.000.000
b. Modal yang Belum Disetor 282   (2.500.000)
8 Cadangan
a. Cadangan umum 291      500.000
b. Laba yang Ditahan 295   1.600.000
9 Laba/Rugi
a. Laba Tahun Berjalan 307   2.297.259
Total   Passiva 310 71.208.457
Sumber  : PT BPR Primanadi, 2009.

            Dari neraca publikasi per 31 Desember 2008 di atas, terlihat bahwa asset yang dikelola oleh PT BPR Primanadi sebesar Rp. 71.208.457.000,- di mana laba yang diperoleh pada tahun buku tersebut adalah sebesar Rp. 2.297.259.000,- Berkaitan dengan hal tersebut di atas, perlu kiranya dilakukan analisis tentang kinerja keuangannya untuk mengetahui tingkat kesehatan PT BPR Primanadi tahun 2008.

PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana tingkat kesehatan PT BPR Primanadi, dilihat dari kinerja keuangannya ? “

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dan manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan  penelitian ini antara lain adalah :

a. Tujuan penelitian
- Untuk mengetahui tingkat kesehatan (TKS) PT BPR Primanadi dilihat dari kinerja keuangannya.

b. Manfaat Penelitian
- Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan kajian bagi pengurus maupun pengelola PT BPR Primanadi dalam pengambilan keputusan maupun meningkatkan kinerjanya di masa mendatang
- Sebagai referensi bagi peneliti berikutnya, untuk menggali berbagai persoalan untuk dipecahkan dalam rangka memperkuat lembaga BPR sebagai Lembaga Keuangan Mikro dalam menunjang pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah  khususnya di wilayah Nusa Tenggara Barat.

TINJAUAN TEORITIS
            Pengertian BPRdalah bank yang melaksanakan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk umum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Daerah (PD) dan Koperasi. (UU No. 10 tahun 1998).
            Tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR pada dasarnya hampir sama dengan penilaian tingkat kesehatan bank umum, namun   karena usaha yang boleh dilakukan oleh BPR lebih terbatas dibandingkan dengan bank umum, maka terdapat beberapa penyederhanaan dari penilaian tingkat kesehatan BPR.
 Sesuai dengan SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR dan SE BI No. 30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian  tingkat kesehatan BPR, faktor-faktor dan komponen CAMEL yang dinilai adalah sebagai berikut :

a.        Faktor Permodalan (Capital), yaitu dengan menilai rasio permodalan (CAR), antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko, dimana komponen rasio CAR ini diberikan bobot sebesar 30 %..

b.       Faktor Kualitas Aktiva Produktif  (Asset Quality), yaitu penilaian kualitas asset yang mencerminkan kondisi asset bank dengan kemampuan manajemen dalam mengelola kredit.  Komponen kualitas aktiva produktif ini dinilai berdsarkan :

-           Rasio Kualitas Aktiva Produktif  dengan bobot sebesar 25 b% dan
-           Rasio PPAP/NPL dengan bobot 5 %.

c.        Faktor Manajemen (Management),  yaitu dengan mengukur keterampilan manajerial dan profesionalisme perbankan dari pengelola BPR. Aspek manajemen mempunyai bobot sebesar 20 %.  Aspek manajemen karena merupakan aspek yang kualitatif, dalam pengukuran TKS yang berkaitan dengan kinerja keuangan BPR, tidak dimasukkan dalam analisis penelitian ini.

d.        Faktor rentabilitas (Earning ability), didasarkan pada dua  rasio keuangan yaitu :

-           Rasio  ROA, yaitu perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset, dengan bobot sebesar  5 %
-           Rasio BOPO yaitu perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, dengan bobot sebesar  5 %

e.        Faktor likuiditas (liquidity), yaitu mengukur rasio likuaiditas yang mencerminkan bagaimana suatu bank dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar semua deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa penangguhan (Mulyono, 1995). Rasio yang diukur dalam faktor likuiditas ini adalah :

-           Cash rasio, yaitu  perbandingan antara jumlah dana dengan jumlah kewajiban lancar, dengan bobot  sebesar 5 %
-           Rasio LDR, yaitu perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun, dengan bobot sebesar 5 %.

Adapun indikator kinerja keuangan dari komponen-komponen penilaian Tingkat Kesehatan Bank (TKS), khususnya dilihat dari rasio-rasio yang keuangannya (CAEL), adalah sebagai berikut :

Tabel 2 : Indikator keuangan masing-masing komponen penilaian TKS Bank
No  Faktor CAEL  Nama Rasio  Skala Rasio  Predikat
1 Capital C A R > 8,0 %
> 7,9 % - < 8,0 %
> 6,5 % - < 7,9 %
< 6,5 %
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
2 Asset Quality KAP 0,00 %     -  < 10,35 %
>10,35 % -  < 12,60 %
>12,60 % -  < 14,85 %
> 14,85 %
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
3 Earning Ability a. ROA > 1,215 %
>0,999 % -  < 1,215 %
>0,765 % -  < 0,999 %
< 0,765 %
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
b. BOPO < 93,52
> 93,52  -  < 94,72
> 94,72  -  < 95,92
> 95,92
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
4 Liquidity a. Cash Ratio > 4,05 %
> 3,30 % -  < 4,05 %
> 2,55 % - < 3,30 %
< 2,55 %
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
b. LDR < 94,75
> 94,75  -  <   98,50
> 98,50  -  < 102,25
> 102,25
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
 Sumber : SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97

METODE  PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif,  yaitu    penelitian yang menggambarkan suatu masalah yang ada pada waktu sekarang berdasarkan  pada cara pengumpulan data, menyusunnya, menjelaskannya, menganalisis  dan menarik kesimpulan (Surakhmad, 1998, 139).  Menurut Travers dalam Umar (2000, 22) metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

b. Lokasi
Lokasi penelitian pada PT BPR Primanadi, Jln. A.A. Gede Ngurah, Cakranegara Kota Mataram.

c. Metode Pengumpulan Data
Metode  pengumpulan data adalah metode kasus, yaitu penelitian yang berkaitan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat (Nazir, 1998, 66).  Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail  tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari  individu yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

c. Teknik  Pengumpulan  Data      
        Teknik pengumpulan  data  yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik dokumentasi,  yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui  data dokumentasi  data terkait dengan penelitian ini.

d. Metode Analisis Data
            Metode analisis data dilakukan dengan cara melakukan perhitungan terhadap kinerja keuangan bank, untuk menentukan tingkat kesehatan bank, menggunakan metode CAEL, dengan rumus-rumus sebagai berikut :

(1)          Faktor Capital
CAR   = Modal Bank/ATMR    x   100 %

(2)          Faktor Asset Quality
KAP  =  Total  APYD*/Total Aktiva Produktif   x  100 %
* APYD  = aktiva produktif yang diklasifikasikan

(3)          Faktor Earning Ability
       a. ROA    = Laba sebelum pajak/Rata-rata Total Asset  x  100 %
      b. BOPO  = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional  x  100 %

(4)          Faktor Liquidity
       a. Cash Ratio    =  Jumlah dana / Jumlah kewajiban lancar  x  100 %
         b. LDR              =  Jml Kredit yang diberikan/Dana Pihak Ketiga  x  100 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN
            Sesuai dengan perumusan masalah,  dari hasil penelitian diperoleh data-data yang berkaitan dengan pengukuran kinerja keuangan, yang terdiri dari 4 faktor yang terdiri dari faktor kapital/modal, kualitas asset, rentabilitas dan likuiditas.

a.        Faktor Kapital. Berkaitan dengan modal yang dimiliki oleh PT BPR Primanadi, untuk menghiung  rasio CAR, diperlihatkan pada tabel berikut :

Tabel  3 : Struktur Modal dan ATMR  PT BPR Primanadi, Tahun 2008
No  Uraian  Jumlah ( Rp. 000)
  1 Modal Inti    8.248.630
  2 Modal Pelengkap       228.681
  3 ATMR*  49.347.362 
* ATMR  = aktiva tertimbang menurut risiko. Sumber  : PT BPR Primanadi, 2009.

Dari tabel di atas, dapat dihitung rasio kecukupan modal (CAR) dari PT BPR Primanadi, yaitu sebagai berikut :

          CAR   =  Rp. 8.477.311/49.347.362   x 100 %   =  17,18 %.

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai CAR PT BPR Primanadi sebesar  17,18 % yang berarti bahwa PT BPR Primanadi telah memenuhi syarat rasio kecukupan modal yaitu melebihi persyaratan lebih dari 8,0 %. Dari segi kecukupan modal, PT BPR Primanadi dikategorikan sebagai BPR yang sehat.

b.       Faktor Kualitas Asset Dilihat dari kualitas asset, maka PT BPR Primanadi memiliki aktiva produktif, seperti dalam tabel 4 berikut :

Tabel 4 : Jumlah Aktiva Produktif PT BPR Primanadi, tahun 2008.
No  Uraian  Jumlah ( Rp. 000)
  1 Antar Bank Aktiva (ABA)      14.060.406
  2 Jumlah Kredit (JK)    
  - Lancar  (L)       45.736.287
- Kurang Lancar (KL)            403.580
- Diragukan (D)            111.995
- Macet            172.705
  Jumlah Aktiva Produktif (JAP)       60.484.973
Sumber  : PT BPR Primanadi, 2009.

Berdasarkan data di atas, untuk menghitung kualitas aktiva produktif maupun Non Performing Loan (NPL), dilakukan sebagai berikut :

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) = (50%x KL+75%xD + 100%xM)
APYD  =  Rp. 201.790  + Rp.83.996  + Rp.172.705  =  Rp. 458.491

KAP  = APYD/JAP  x 100 %  =  Rp. 458.491/Rp. 60.484.973  x 100 %  =  0,76

Dengan melihat hasil perhitungan KAP dihubungkan dengan indikator kesehatan bank, maka nilai KAP PT BPR Primanadi = 0,76, tergolong sebagai b BPR yang sehat.

Adapun nilai NPL = (KL + D + M) / JK   x 100 % 
                      NPL = Rp.688.280/Rp. 46.424.567   x 100 %  =  1,48 %.

Dilihat dari persyaratan NPL yang lebih kecil dari 5 %, maka PT BPR Primanadi dapat dikategorikan sebagai BPR yang sehat.

c.        Faktor Rentabilitas
Dalam faktor rentabilitas, akan dihitung dua rasio, yaitu rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO), serta  Return on Asset (ROA). Penentuan BOPO dan ROA pada PT BPR Primanadi, berdasarkan pada data tabel 5 berikut :

Tabel 5 : Biaya, Pendapatan Operasional dan Laba pada PT BPR Primanadi, Th 2008.
No  Uraian  Jumlah ( Rp. 000)
  1 Biaya Operasional      7.374.836    
  2 Pendpatan Opeasional    10.533.078   
  3 Laba/Rugi Tahun Berjalan Sblm Pajak (EBT)      3.256.799    
  4 Rata-rata total  aktiva    71.208.467    
Sumber  : PT BPR PRIMANADI, TH. 2009

Dari data di atas, maka rasio BOPO maupun ROA dapat dihitung sebagai berikut :

BOPO  =  Rp. 7.374.836/Rp. 10.533.078    x  100%  =  70,02.
ROA    =  Rp. 3.256.799/Rp. 71.208.467    x  100%  =  4,57

Dilihat dari kedua indikator tersebut di atas, maka PT BR Primanadi dikategorikan BPR yag sehat, karena kedua hasil perhitungan BOPO maupun ROA menunjukkan indikator yang melampaui persyaratan bank yang sehat.  

d.       Faktor likuiditas Dari sisi likuiditas, juga akan diukur dua indikator, yaitu rasio kas (Cash Ratio) dan loan to deposit ratio (LDR). Adapun data untuk menghitung kedua indikator  tersebut disajikan pada tabel  6 berikut ini :

Tabel 6 : Jumlah Alat likuid, Kewajiban Lancar, Dana Pihak Ketiga, Jumlah Kredit yang Disalurkan dan Jumlah Dana pada PT BPR Pimanadi, Tahun 2008.
No  Uraian  Jumlah ( Rp. 000)
  1 Kas            46.657
  2 Antar Bank Aktiva (ABA)            50.225
  3 Tabungan       1.723.993   
  4 Jumlah Alat Likuid       1.820.875
  5 Kewajiban Lancar/Segera                 369
  6 Dana Pihak Ketiga     51.305.279
Jumlah Kewajiban Lancar     51.305.648          
  7 Jumlah Kredit yang Disalurkan     46.424.567
  8 Jumlah Dana (Tab, Dposito, Modal Inti)     59.553.909
Sumber : PT BPR Primanadi, ahun 2009.

Berdasarkan data di atas, maka Cash Ratio dan Loan to Deposit Ratio pada PT BPR Primanadi dapat dihitung, sebagai berikut :

Cash Ratio  =  Jml Alat Likuid/Jml Kewajiban lancer  x 100 %
Cash Ratio  =  Rp. 1.820.875/Rp. 51.305.648   x 100 %   =  3,55 %

      LDR  = Jml Kredit yg disalurkan/ Jml Dana  x 100%
      LDR  =  Rp. 46.424.567 / Rp. 59.553.909   x 100 %  =  77,95 %

Dari kedua indikator di atas, ternyata PT BPR Primanadi menunjukkan bahwa indikator cash  rationya  berada pada kategori cukup sehat, sedangkan untuk LDR pada kategori sehat.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil perhitungan kinerja keuangan PT BPR Primanadi per 31 Desember 2008, dapat disimpulkan bahwa PT BPR Primanadi dikategorikan sebagai BPR yang sehat,  karena dari 7 rasio yang dihitung dengan metode CAEL, 6 rasio berada pada kategori sehat dan hanya 1 rasio, yaitu rasio kas (cash ratio) berada pada kategori cukup sehat.

Saran
            Dengan melihat hasil analisis terhadap kinerja keuangan PT BPR Primanadi pada tahun buku 2008, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
a.        PT BPR Primanadi diharapkan terus mempertahankan kinerja keuangannya selama ini dengan terus meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia pengelola BPR tersebut untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.
b.        Mengingat nilai  cash ratio termasuk kategori cukup sehat, maka indikator ini perlu ditingkatkan lagi agar semua indikator pada kinerja keuangan khususnya yang berkaitan dengan tingkat kesehatan bank tetap terjaga dengan baik. 

DAFTAR  PUSTAKA
………, 1997, SK. DIR BI No. 30/12/KEP/97 dan SE BI No. 30/3/UPPB/97 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan BPR,  Bank Indonesia

………, 2009, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah NTB Edisi Januari 2009, Kantor Bank Indonesia Mataram

………, Bank Indonesia Mataram, 2010, Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah Propinsi Nusa tenggara Barat,  Vol. 10, Nomor 1, Januari 2010.

Dendawijaya, Lukman, Ir, MM, 2005, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, Indonesia.

Nazir Moh., (1998), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sugiyono, (1999),  Statistika Untuk Penelitian ,  Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

________, (2001), Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV. Alfabeta,   Bandung.

Surakhmad, Winarno., (1998) Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, Teknik, Penerbit Tarsito Bandung.

Suyatno, Thomas, dkk., 2001, Kelembagaan Perbankan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Umar, Husein (2000), Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan.

‘*  Naskah ini dimuat pada : Media Informasi Ilmiah Universitas Mahasaraswati Mataram, GANECSWARA, Vol 4 Nomor 3, DESEMBER 2010, ISSN  : 1978 - 0125.



Sumber : Jurnal ini telah diupload di gusekaartika.blogspot.com dengan Judul "Analisis Kinerja Keuangan Untuk Menentukan Tingkat Kesehatan Bank (TKS) Pada PT. BPR Primadi, Tahun 2008", http://gusekaartika.blogspot.com/2012/03/analisis-kinerja-keuangan-untuk.html

Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Postingan Populer